Agama?
Waktu aku kecil, aku mengetahuinya sebagai “hal yang mesti kita miliki selain nama, tempat serta tanggal lahir, dan alamat rumah.”
Agama?
Waktu aku sekolah menengah pertama, aku mengetahuinya sebagai “sebuah wadah agar manusia tidak menjadi kacau.”
Agama?
Waktu aku mengenyam bangku perkuliahan, aku mengetahuinya sebagai “pilihan hidup yang mestinya diyakini melalui pencarian panjang.”
Agama?
Tidak sedikit yang menjualnya
Melakukan tidak sedikit tindakan atas nama ‘agama’
Menganggap semuanya akan terdengar dan terlihat BENAR dengan menyematkan kata ajaib, ‘agama’
Agama?
Tidak sedikit yang berani menghukumi yang lain SALAH hanya dengan ‘agama’
Tidak sedikit hal yang terkesan dikait-kaitkan dengan ‘agama’
Agama?
Bukankah kata Karl Max “Agama adalah candu”?
Agama?
Kita, di bumi Indonesia ini memiliki agama yang beragam
Namun, sungguh mengherankan jika kita berani menganggap negara kita sebagai ‘negara agama’
Adakah dengan ber’agama’ membuat kita egois dengan menganggap kitalah yang benar?
Lantas dimanakah toleransi itu?
Undang-undang itu tidak bisa hanya berdasarkan satu ‘agama’ saja Bung?
Bukankah sebagai orang ber’agama’ mestinya kita bijak menyikati perbedaan mazhab, bukan sebaliknya?
Bukankah ‘agama’ dengan asas cinta senantiasa menganjurkan kita untuk lebih peka menyimak realita sosial ketimbang peribadatan individu, apapun ‘agama’ Anda?
Ahhh, apakah kita telah benar-benar ber’agama’ atau hanya numpang terlihat ber’agama’?
Karya Surya Labetubun
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2012/02/sesuatu-yang-disebut-agama-itu.html#ixzz1lmN9nw8i
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
Waktu aku kecil, aku mengetahuinya sebagai “hal yang mesti kita miliki selain nama, tempat serta tanggal lahir, dan alamat rumah.”
Agama?
Waktu aku sekolah menengah pertama, aku mengetahuinya sebagai “sebuah wadah agar manusia tidak menjadi kacau.”
Agama?
Waktu aku mengenyam bangku perkuliahan, aku mengetahuinya sebagai “pilihan hidup yang mestinya diyakini melalui pencarian panjang.”
Agama?
Tidak sedikit yang menjualnya
Melakukan tidak sedikit tindakan atas nama ‘agama’
Menganggap semuanya akan terdengar dan terlihat BENAR dengan menyematkan kata ajaib, ‘agama’
Agama?
Tidak sedikit yang berani menghukumi yang lain SALAH hanya dengan ‘agama’
Tidak sedikit hal yang terkesan dikait-kaitkan dengan ‘agama’
Agama?
Bukankah kata Karl Max “Agama adalah candu”?
Agama?
Kita, di bumi Indonesia ini memiliki agama yang beragam
Namun, sungguh mengherankan jika kita berani menganggap negara kita sebagai ‘negara agama’
Adakah dengan ber’agama’ membuat kita egois dengan menganggap kitalah yang benar?
Lantas dimanakah toleransi itu?
Undang-undang itu tidak bisa hanya berdasarkan satu ‘agama’ saja Bung?
Bukankah sebagai orang ber’agama’ mestinya kita bijak menyikati perbedaan mazhab, bukan sebaliknya?
Bukankah ‘agama’ dengan asas cinta senantiasa menganjurkan kita untuk lebih peka menyimak realita sosial ketimbang peribadatan individu, apapun ‘agama’ Anda?
Ahhh, apakah kita telah benar-benar ber’agama’ atau hanya numpang terlihat ber’agama’?
Karya Surya Labetubun
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2012/02/sesuatu-yang-disebut-agama-itu.html#ixzz1lmN9nw8i
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
No comments:
Post a Comment